Penggiat Pendidikan dan Budaya

Yayasan Elkatarie

Thursday, October 11, 2012

Dasar--Dasar Ilmu

DASAR-DASAR  ILMU PENGETAHUAN

“Philosophy of science without history of science is empty; history of science without philosophy of science is blind”...(Imre Lakatos)[1]

Pengantar   
               Epistemologi  atau filsafat pengetahuan merupakan cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skop pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya_serta pertanggung_jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Aristoteles menyatakan bahwa “setiap manusia dari kodratnya ingin tahu”. Ia begitu yakin mengenai hal itu sehingga dorongan untuk tahu ini tidak hanya
disadari tetapi benar-benar diwujudkan di dalam karya filsafatnya.
              

Perspektif filsafat ilmu akan mempermasalahkan tentang apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan (terbatas pada ilmu pengetahuan empiris).   Hal ini dimaksudkan untuk menilai apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan, sumber ilmu pegetahuan, dan kedudukannya dalam masyarakat bila ditinjau dari berbagai pandangan dan kemudian menentukan ciri-ciri khusus ilmu pengetahuan. Eksistensi ilmu dalam masyarakat (misalnya ditinjau dari sudut kebudayaan) untuk dapat mengetahui apakah dalam kebudayaan Indonesia memang sudah ada tradisi ilmu atau dari_mana sumber ilmu itu.     
               Dalam  mitologi  Yunani  dikenal  adanya  istilah  dewa  Zeus  yang selalu  dihubungkan  dengan  persoalan  cuaca,  hujan  dan  kilat,  dewa  Poseidon  ynag  menguasai  lautan  dan  gempa  bumi.  Manakala  terjadi  bencana  alam  seperti  gempa  bumi,  banjir  dan  lain-lainnya;  manusia  selalu  menghubung-hubungkan  dengan  hal-hal  yang bersifat  supernatural.  Dalam  perkembangan  pemikirannnya  akhirnya  manusia  setelah  mengalami  berbagai  proses  berhasil  menggunakan  daya  nalarnya  (ratio)  dalam  memecahkan  persoalannya.  Seperti  yang  terjadi  pada  Abad  Pertengahan  dengan  penemuan-penemuan  ilmiah  oleh  Copernicus  dan  Edison.  Sebagaimana  pendapat  seorang  filosof  Rene  Descartes  yang  mengatakan  COGITO  ERGO  SUM[2] (Aku  ada  karena  berpikir)  maka  manusia  mulai  menggunakan  pikirannya  yang  luar  biasa  ajaibnya atau berfikir adalah sebuah aktivitas menggunakan fikiran; dengan demikian manusia menyadari keberadaannya.[3]  
               Sekalipun  demikian  perlu  dibedakan  antara  penggunaan  akal  sehat  (common  sense)  dengan  ilmu  pengetahuan.  Letak  perbedaan  yang  mendasar  antara  keduanya  ialah  berkisar  pada  kata  “sistematik”  dan  “terkendali”.  Ada  lima  hal  pokok  yang  membedakan  antara  ilmu  dan  akal  sehat.  pertama,  ilmu  pengetahuan  dikembangkan  melalui  struktur-stuktur  teori,  dan  diuji  konsistensi  internalnya.  Dalam  mengembangkan  strukturnya,  hal  itu  dilakukan  dengan  tes  ataupun  pengujian  secara  empiris.  Sedang  penggunaan  akal  sehat  biasanya  tidak.  kedua,  dalam  ilmu  pengetahuan,  teori  dan  hipotesa  selalu  diuji  secara  empiris.  Halnya  dengan  orang  yang  bukan  ilmuwan  dengan  cara  “selektif”. Ketiga,  adanya  pengertian  kendali  (kontrol)  yang  dalam  penelitian  ilmiah  dapat  mempunyai  pengertian  yang  bermacam-macam.   keempat,  ilmu  pengetahuan  menekankan  adanya  hubungan  antara  fenomena  secara  sadar  dan  sistematis.  Pola  penghubungnya tidak  dilakukan  secara  asal-asalan.  Kelima,  perbedaan  terletak  pada  cara  memberi  penjelasan  yang  berlainan  dalam  mengamati  suatu  fenomena.  Dalam  menerangkan  hubungan  antar  fenomena,  ilmuwan  melakukan  dengan  hati-hati  dan  menghindari  penafsiran  yang  bersifat  metafisis.  Proposisi  yang  dihasilkan  selalu  terbuka  untuk  pengamatan  dan  pengujian  secara  ilmiah.
               Tema sentral dan mendasar dalam filsafat mulai dari Plato di Yunani kuno adalah apakah yang dapat saya ketahui atau apa yang dapat diketahui oleh manusia? Semenjak renaisance sampai sekarang, persoalan ini telah diperdebatkan dan menghiasi karya-karya para filosof. Pengetahuan manusia adalah titik tolak kemajuan filsafat_untuk membina filsafat yang kukuh tentang semesta (universe) dan dunia. Jika sumber-sumber pemikiran manusia, kriteria-kriteria, dan nilai-nilainya tidak ditetapkan_tidaklah mungkin melakukan studi apa pun_bagaimanapun bentuknya.
               Salah satu perdebatan besar itu adalah diskusi yang mempermasalahkan sumber-sumber dan asal usul pengetahuan dengan meneliti, mempelajari, dan mencoba mengungkapkan prinsip-prinsip pokok atau primer[4] kekuatan struktur pikiran yang dianugrahkan kepada manusia. Dengan demikan muncullah pertanyaan-pertanyaan berikut ini apa watak pengetahuan manusia itu? Apakah apakah akal manusia yang dapat mengetahui itu? Apakah memang manusia punya pengetahuan yang sesungguhnya yang dapat diandalkan; atau harus merasa puas dengan pendapat atau sekedar dugaan saja? Apakah manusia terbatas pengetahuannya pada fakta-fakta empiris atau pengalaman; dan atau mungkin dapat mengetahui fakta-fakta di balik pengetahuan indra?  Persoalan-persoalan inilah yang coba akan dibahas di dalam makalah ini dan tentunya kesemua persoalan itu menyangkut tentang apa sumber pengetahuan manusia.
               Setiap manusia mengetahui berbagai hal dalam kehidupan, dan dalam dirinya terdapat bermacam-macam pemikiran dan pengetahuan; dan tidak diragukan bahwa banyak pengetahuan manusia itu muncul dari pengetahuan lainnya; karena itu tentu akan meminta bantuan pengetahuan terdahulu (yang terdahulu) untuk menciptakan pengetahuan baru. Lalu masalahnya adalah bagaimana meletakkan tangan kita di atas garis-garis primer pemikiran dan atas sumber umum pengetahuan umumnya.
Analogi Epistemologi
               Apa artinya mengetahui? Yang jelas pada tulisan ini tidak pada posisi memberikan defisinisi pengetahuan, karena mendefinisikan sesuatu berarti meletakkan sesuatau di dalam istilah-istilah yang lebih dimengerti. Dan rasanya tidak mungkin karena pengetahuan adalah “sui generis”, artinya berhubungan dengan apa yang paling sederhana dan paling mendasar. Mengetahui merupakan peristiwa paling mendasar dan tidak dapat direduksikan, tidak dapat dijelaskan dengan istilah yang lebih dasar daripadanya.
               Banyak pihak mencoba memberikan kesepakatan bahwa tidak semua jenis pengetahuan dapat disebut pengetahuan; tetapi hanya pengetahuan yang tertentu saja yang dapat disebut pengetahuan. Bertrand Russell ia menghususkan persitilahan itu untuk menyebut jenis pengetahuan yang dimiliki para saintis; sementara jenis pengetahuan yang lain hanya dianggap sebagai mendekati kedudukan ilmiah.   Kelihatanya apa yang dikemukakan Russell masuk akal, tetapi sesungguhnya bertentangan dengan epistemologi_karena Russell telah mengambil keputusan  dengan meyakini keunggulan sains di atas pengetahuan yang lain sebelum menyelidiki masing-masingnya secara bertanggung_jawab.
               Para filsuf Thomis memberi penjelasan tentang bermacam_ragamnya makna pengetahuan. Ajaran Thomas mengenai analogi pengada yang mempersiapkan dasar ontologi bagi analogi pengetahuan. Di dalam Thomisme “ada” bukanlah istilah univok tetapi analog. Analog menunjuk pada kenyataan arti yang tidak seluruhnya sama dari kata sama yang diterapkan pada benda-benda yang berbeda. Kesamaan yang mengikat pengada-pengada dan memungkinkan semuanya disebut dengan kata yang sama “ada”, bukanlah karena mempunyai sifat yang identik atau univok_tetapi karena mempunyai kemiripan. Semua benda sama sejauh mereka ada, ungkap Kenneth T. Gallagher_tetapi mereka berbeda juga karena keberadaan mereka. Maka cara mereka berada membuat mereka mirip satu sama lain, tetapi juga membedakan satu sama lainnya.
               Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani “episteme” yang berarti pengetahuan.[5] epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan pondasi, alat, tolok ukur, keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu, makrifat, dan pengetahuan manusia menjadi
Pokok_bahasan_Epistemologi.[6]
               Ilmu logika adalah suatu ilmu yang mengajarkan tentang metode berpikir benar, yakni metode yang digunakan oleh akal untuk menyelami dan memahami realitas eksternal sebagaimana adanya dalam penggambaran dan pembenaran. Dengan memperhatikan definisi ini, bisa dikatakan bahwa epistemologi jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan sebagai pendahuluan dan mukadimah, karena apabila kemampuan dan validitas akal belum dikaji dan ditegaskan, maka mustahil kita membahas tentang metode akal untuk mengungkap suatu hakikat dan bahkan metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu logika masih perlu dipertanyakan dan rekonstruksi, wal hasil masih menjadi hal yang diragukan.
Hubungan_epistimologi_dengan_filsafat. Pengertian umum filsafat adalah pengenalan terhadap eksistensi (ontologi), realitas eksternal, dan hakikat keberadaan. Sementara filsafat dalam pengertian khusus (metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah umum tentang eksistensi. Dalam dua pengertian tersebut, telah diasumsikan mengenai kemampuan, kodrat, dan validitas akal dalam memahami hakikat dan realitas eksternal. Jadi, epistemologi dan ilmu logika merupakan_mukadimah_bagi_filsafat.
Konsepsi dan sumber pokoknya
               Permasalahan ini memiliki sejarah yang penting dalam periode filsafat Yunani, Islam, dan Eropa. Dalam perjalanan sejarah filsafat, permasalahan ini telah menghasilkan beberapa pemecahan dari para filosof.
1.    Teori Plato tentang pengingatan-kembali
   Teori Plato tentang pengingatan kembali adalah teori yang berpendapat bahwa pengetahuan adalah fungsi pengingat kembali informasi-informasi yang telah lebih dahulu diperoleh. Plato mendasarkan teorinya pada filsafat tentang alam ide dan keazalian jiwa.[7] Plato yakin bahwa jiwa berdiri sendiri, terlepas dari badan, sebelum badan itu ada. Karena wujud jiwa itu bebas dari materi_dan dapat mengetahuinya. Ketika ia_harus turun dari alam immaterialnya untuk disatukan dengan badan dan dikaitkan dengannya di alam materi, maka hilanglah semua yang telah diketahuinya dari alam ide dan realitas-realitas yang tetap, serta lupa sama sekali dengan realitas-realitas tadi. Tetapi_ungkap Plato ia kemudian mulai memulihkan pengetahuan-pengetahuannya melalui penginderaan gagasan-gagasan tertentu dan hal-hal partikular. Sebab semua_konsep dan hal-hal partikular itu adalah bayangan dan pantulan dari alam ide dan realitas azali di dunia yang di dalamnya jiwa itu pernah hidup.
   Konsepsi umum_ itu mendahului penginderaan; penginderaan tidak akan terlaksana kecuali dengan proses melacak dan mengingat-kembali konsepsi-konsepsi tadi. Pengetahuan-pengetahuan rasional tidak berkaitan dengan hal-hal pertikular dalam alam indera; tetapi ia hanya berkaitan dengan realitas-realitas universal abstrak tersebut.
   Teori Plato ini di dasarkan atas dua proposisi, yakni pertama, bahwa jiwa sudah ada sebelum adanya badan di alam yang lebih tinggi daripada alam materi. Kedua, bahwa pengetahuan rasional tidak lain adalah pengetahuan tentang realitas-realitas yang tetap di alam yang lebih tinggi_oleh Plato disebut archetypes.[8]
2.    Teori rasional
Teori rasional pertama kali diperkenalkan oleh filosof Descartes (1596-1650)[9] dan Immanuel Kant (1724-1804).[10] Teori rasional mencoba memberi rangkuman tentang sumber bagi konsepsi. Pertama,  penginderaan (sensasi)_kita mengkonsepsi panas, cahaya, rasa, dan suara penginderaan kita terhadap semua itu. Kedua, fithrah_dalam artian bahwa alam manusia memiliki pengertian-pengertian dan konsepsi-konsepsi yang tidak muncul dari indera_tetapi ia sudah ada dalam aras fitrah. Jiwa menggali gagasan-gagasan tertentu dari dirinya sendiri. Bagai Descartes_konsepsi fithri itu adalah ide Tuhan; sementara Kant_semua bidang pengetahuan manusia adalah fithri_termasuk dua bentuk ruang dan waktu.
Indera menurut teori rasional_ adalah sumber pemahaman terhadap konsepsi-konsepsi dan gagasan-gagasan sederhana; tetapi ia bukan satu-satunya sumber, tetapi ada juga fitrah yang mendorong munculnya sekumpulan konsepsi dalam akal.
3.    Teori emperikal
Asumsi dasar teori ini bahwa penginderaan adalah satu-satunya yang membekali akal manusia dengan konsepsi-konsepsi dan gagasan_dan bahwa potensi mental akal budi adalah potensi yang tercermin dalam berbagai persepsi inderawi. Jadi ketika mengindera sesuatu_kita dapat memiliki konsepsi tentangnta_yakni menangkap form dari sesuatu itu dalam akal budi kita.adapun gagasan yang tidak terjangkau oleh indera_tidak dapat diciptakan oleh jiwa, tak pula dapat dibangunnya secara esensial dan dalam bentuk yang berdiri sendiri.
John Locke_filosof pertama yang menganut paham empirisme dan mengkritik rasionalisme Descartes dengan berusaha mengembalikan segala konsepsi dan ide kepada indera. Ajaran Locke banyak diikuti oleh filosof Berkeley dan David Hume.
Teori emperikal berdiri atas dasar ekperimentasi ilmiah_ dan menunjukan bahwa indera adalah yang memberikan kepada kita persepsi-persepsi yang menghasilkan konsepsi-konsepsi manusia. Seseorang yang tidak memiliki satu macam indera tertentu tidak dapat mengkonsepsikan pengertian-pengertian yang mempunyai hubungan dengan indera tertentu itu.
Dengan demikian_indera berdasarkan eksperimen-eksperimen adalah struktur pokok yang di atasnya konsepsi manusia di bangun; tetapi ide_ini tidak berarti bahwa akal hampa dari agensi dan penciptaan konsepsi-konsepsi baru berdasarkan konsepsi-konsepsi yang diturunkan dari indera.
David Hume salah seorang tokoh empirisme_memberikan definisi kausalitas dalam arti yang sebenarnya_tak mungkin diketahui oleh indera; karenanya ia mengingkari prinsip kausalitas dan mengembalikannya kepada kebiasaan pengasosiasian ide-ide. Hume memberikan perumpamaan bahwa “aku melihat bola bilyar bergerak dan menabrak bola lain yang lantas bergerak. Tapi_dalam gerak bola yang pertama, tak ada yang menampakkan kepadaku kaharusan gerak bola yang kedua. Indera batin menunjukan kepadaku bahwa gerak anggota tubuh itu mengikuti perintah kehendak. Tetapi_hal itu tidak memberika kepadaku pengetahuan langsung mengenai hubungan yang mesti antara gerak dan perintah itu”. Jadi_fakta yang tidak dapat diingkari adalah bahwa kita mengkonsepsikan sesuatu prinsip kausalitas (baik kita benarkan atau tidak).


4.    Teori disposesi
Secara umum teori ini adalah teori para filosof muslim dan terangkum dalam konsepsi mental menjadi dua yaitu konsepsi primer dan konsepsi sekunder.[11] Konsepsi primer adalah dasar konseptual bagi akal manusia dan lahir dari persepsi inderawi secara langsung terhadap kandungan-kandungannya. Konsepsi tentang panas karena manusia mengkaitkannya dengan peradaban; mengkonsepsi warna karena mengkaitkannya dengan penglihatan; mengkonsepsi rasa manis karena mengkaitkannya dengan pengecapan; dan mengkonsepsi bau karena mengkaitkannya dengan penciuman. Pun halnya segala ide yang diketahui dengan indera manusia. Persepsi inderawi tentang apa yang tersebut di atas adalah sebab pengkonsepsiannya dan sebab adanya ide tentangnya di dalam akal manusia. Dari ide itu terbentuklah kaidah pertama (primer) bagi konsepsi; dan berdasarkan kaidah itu_akal memunculkan konsepsi-konsepsi sekunder (turunan). Pada aras ini_mulailah daur penciptaan_inovasi dan konstruksi (inilah yang dimaksud dengan disposesi).
Berdasarkan teori ini_manusia dapat memahami bagaimana konsep sebab dan akibat, substansi dan aksiden, wujud dan unitas muncul dalam akal manusia. Kesemuanya itu adalah konsep terdisposesi yang diciptakan akal berdasarkan ide-ide terinderai. Misalnya, kita menginderai mendidihnya air ketika suhunya mencapai 100 C. Penginderaan kita terhadap fenomena mendidih dan suhu dapat terjadi berulang-ulang_tanpa kita pernah menginderai kausasi suhu terhadap mendidih. Jadi, akal manusia yang menciptakan konsep kausalitas dari dua fenomena (mendidih dan suhu) yang diajukan oleh indera kepada wilayah konsepsi.
Sumber-sumber Pengetahuan
               Bertrand Russell, dalam “knowledge; its scope and limits” yang terjemahan bebasnya “apa yang diketahui oleh seseorang_ adalah bergantung pada pengalaman pribadi; ia mengetahui apa yang telah dilihat dan dengar, apa yang telah dibaca dan apa yang telah diberitahukan orang lain kepadanya; dan juga apa yang telah dapat ia simpulkan dari data-data. Lalu masalahnya kemudian adalah apakah sumber-sumber pengetahuan itu? Dari mana sumber pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana mengetahui?
               Dalam pembahasan modern biasanya disebutkan terdapat empat sumber pengetahuan[12]_ yang mungkin.
1.    Kesaksian_sumber kedua (bersandar pada otoritas).
Pada umumnya_cara untuk mendapatkan pengetahuan tentang masa lalu adalah dengan bersandar pada kesaksian orang lain (yakni kepada otoritas). Harus diakui bahwa banyak dari pengetahuan sehari-hari di dapatkan dengan cara seperti ini. Oleh karenanya_ manusia memperoleh pengetahuan  tersebut tidak dengan intuisi atau dengan pemikiran sendiri, atau dengan pengalaman pribadi, akan tetapi dengan pikiran orang lain dan fakta-fakta dalam bidang bermacam-macam pengetahuan.
Otoritas sebagai sumber pengetahuan mempunyai nilai_tetapi juga berdampak negatif. Kesaksian dan otoritas yang terbuka bagi penyelidikan yang bebas dan jujur tentang kebenarannya adalah suatu sumber yang sah bagi pengetahuan. Tetapi harus diyakini bahwa mereka yang diterima sebagai otoritas adalah orang-orang yang jujur yang mempunyai kesempatan lebih banyak dari kita sendiri untuk mendapatkan informasi. Untuk membicarakan dasar-dasar kepercayaan (the  grounds for belief) Max Black menyatakan bahwa diantara cara yang paling berfaidah untuk menguji kualifikasi mereka yang disebut otoritas adalah pengakuan oleh otoritas-otoritas lain; khususnya pengakuan yang sudah dibuktikan dengan tanda-tanda kehormatan yang resmi, seperti gelar atau derajat kesarjanaan, persetujuan dengan otoritas lain dan adanya kemampuan khusus (mempunyai kedudukan yang memberi kesempatan untuk mengetahui).
Kesaksian atau otoritas itu harus ditempatkan sebagai bukan sumber utama melainkan sumber kedua; karena memang terkandung makna yang dapat dikatakan berbahaya jika kita menyerahkan pertimbangan yang bebas kepadanya dan tidak berusaha untuk mengungkapkan mana yang benar dan mana yang salah (atau dengan perkataan lain kita tidak bisa menerima apa adanya dari otoritas dan tradisi karena bisa membahayakan).
2.    Indera (bersandar pada persepsi indera).
Aliran empirisme berpendirian bahwa apa yang dilihat, dengar, sentuh, cium, dan cicipi yakni pengalaman manusia yang kongkrit dan membentuk bidang pengetahuan. Empirisme menekankan kemampuan manusia untuk persepsi, atau pengamatan, atau yang diterima panca indera dari lingkungan. Pengetahuan diperoleh dengan membentuk ide sesuai dengan fakta yang diamati atau apa yang diketahui di dapatkan dari panca indera.
Empirisme mempunyai beberapa bentuk dan bentuk yang paling sensasional mengatakan bahwa pengetahuan itu rasa (sensation); di samping rasa tidak ada pengetahuan. John Locke menganggap akal sebagai sepotong lilin; lilin itu akan membentuk apa yang ditekankan kepadanya; dengan begitu akal akan memcatat kesan-kesan yang datang dari luar (empirisme yang lebih baru menolak teori pengetahuan ini). Dan pragmatisme sebagai suatu bentuk dari empirisme yang radikal_menganggap akal sebagai aktif dalam memilih dan mencetak pengalamannya, menurut kepentingan dan tugas-tugas dari organisme. Pragmatisme menekankan dunia pengalaman yang berubah.
Bersandar pada pengetahuan empiris untuk mengenal fakta dan hubunga khusus dalam dunia keseharian_tentu perlu bersikap hati-hati dan sadar bahwa kita mungkin bisa tersesat walaupun dalam bidang data pancaindera. Prasangka dan emosi mungkin dapat merusak pandangan_sehingga akibatnya kita memilih fakta-fakta untuk membantu terlaksananya apa yang diharapkan. Pada aras ini, pengetahuan manusia diwarnai oleh warna-warna subyektif dan pribadi_oleh karenanya perlu kehati-hatian.
3.    Pemikiran (bersandar pada akal).
Kaum rasionalis menekankan bahwa pikiran atau akal adalah faktor pokok dalam pengetahuan; kita mengetahui apa yang dipikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran dengan diri sendiri atau pengetahuan itu diperoleh dengan membandingkan ide dengan ide. Dengan menekankan pada kekuatan manusia untuk berfikir dan apa yang diberikan oleh akal kepada pengetahuan. Seorang rasionalis_pada hakekatnya menyatakan bahwa rasa atau sense itu sendiri tidak dapat memberikan kepada kita suatu pertimbangan yang koheren dan benar secara universal. Pengetahuan yang paling tinggi terdiri atas pertimbangan-pertimbangan yang benar yang bersifat konsisten satu dengan lainnya. Dan pengetahuan bagi rasionalis hanya terdapat dalam konsep, prinsip dan hukum; dan tidak hanya dalam rasa fisik.
Rasionalisme dalam bentuknya yang kurang ekstrim berpendirian bahwa  manusia mempunyai kekuatan untuk mengetahui dengan pasti tentang beberapa hal mengenai alam; pengetahuan semacam itu tidak dapat diberikan oleh rasa sendiri. Misalnya, jika A lebih besar darpada B, dan B lebih besar daripada C, maka A lebih besar daripada C. Pengetahuan ini benar adanya tanpa harus melihat kepada contoh-contoh yang kongkrit...sementara kaum rasionalis ekstrim berpendirian bahwa kita dapat mencapai suatu pengetahuan yang tidak dapat disangkal_tanpa pengetahuan inderawi. Dari titik tolak pandangan ini_ seorang rasionalis mengaku dapat memberikan kepada kita pengetahuan yang benar, hukum tentang alam dan tidak hanya aturan berfikir. Dan kaum rasionalis yang radikal memberi interpretasi bahwa hukum-hukum yang diungkapkan oleh akal adalah prinsip pokok dari alam pada umumnya. Persoalannya, apakah ada pengetahuan apriori atau pengetahuan yang tidak berasal dari pengalaman merupakan problem tersendiri dan penuh kontroversial. Misalnya saja berasal dari logika dan matematika, dimana prinsipnya nampak mempunyai sifat kepastian dan universalitas yang tinggi (Keduanya merupakan hasil dari akal dan bukan dari indera). Filosof-filosof skolastik abad pertengahan (begitu juga Descartes, Spinoza, Immanuel Kant) sudah memberikan sumbangan pemikiran yang sangat besar dalam membentuk sistem pemikiran yang mempunyai derajat tinggi dari konsistensi logika (tentu saja seluruh pemikiran itu tidak seluruhnya benar).

4.    Dalam diri sendiri (bersandar pada intuisi).
Sumber pengetahuan yang mungkin ada adalah intuisi[13] atau pemahaman yang langsung tentang pengetahuan yang tidak merupakan hasil pemikiran yang sadar atau persepsi rasa yang langsung. Di mana ada rasa atau feeling di sana ada kesadaran kita tentang benda atau situasi. Takut, marah, dengki timbul karena kesadaran kita terhadap situasi yang tidak menyenangkan. Intuisi dapat berfungsi lebih sempurna dalam menghadapi kepentingan hidup yang pokok, yang berlainan dari pertimbangan-pertimbangan yang kompleks dan majemuk. Namun_intuisi mempunyai kelemahan yakni tidak merupakan metoda yang aman jika dipakai sendirian. Ia dapat rersesat dengan mudah dan mendorong kepada pengakuan yang tidak masuk akal kecuali dicek dengan akal dan indra. Tidak ada intuisi atau pengalaman yang aman sehingga dapat mengelakkan diri dari kritik rasional. Intuisi harus meminta bantuan rasa inderawi dan konsep-konsep akal jika ia berusaha untuk berhubungan dengan pihak lain dan menjelaskan dirinya atau jika ia mempertahankan diri terhadap interprteasi yang salah.
Nampaknya_memanh intuisi memerlukan adanya pengalaman sebelumnya dan fikiran_serta dipengaruhi olehnya. Suatu kebenaran yang tidak diintuisikan tetapi didukung oleh bukti-bukti akan tetap dapat diterima (namun intuisi juga harus membuang sikap yakin dan tidak dapat salah) dengan menanamkan keyakinan bahwa intuisi_intelek dan rasa pengalaman harus dipergunakan bersama dalam mencari pengetahuan.
               Sumber-sumber pengetahuan sebagaimana terurai di atas tidak dapat berjalan sendiri-sendiri_melainkan saling melengkapi dan tidak bertentangan dalam usaha mencari kebenaran. Rasa, akal, dan intuisi begitu juga sumber kedua dari kesaksian orang lain, adalah sumber-sumber pengetahuan yang benar (masing-masing mempunyai nilai untuk disumbangkan dan masing-masing mungkin lebih tinggi daripada lainnya dalam bidang-bidang tertentu).
               Dengan begitu maka pengetahuan itu tidak tercapai dalam bungkusan yang rapi yang dapat ditelusuri ke sumber-sumber yang terpisah. Pengetahuan adalah hasil dari perkembangan yang di dalamnya ada suatu organisme yang hidup dan mempunyai kepentingan-kepentingan dan keinginan-keinginan serta selalu dalam kontak dan pengaruh timbal balik dengan lingkungan yang berubah; dan dari hubungan itu timbul kesadaran_suatu organisme menjadi sadar akan berbagai macam hal (benda-benda, hubungan-hubungan, kejadian-kejadian dan pribadi-pribadi, perkenalan, bahasa dan pemikiran).
Metode di dalam Epistemologi
               Anggapan umum di antara para filsuf Skolastik untuk melihat pengkajian pengetahuan hanya di dalam penafsiran pernyataan bisa salah arah. Kesesuaiannya terletak di dalam kenyataan bahwa anggapan mengenai pengetahuan harus dihubungkan secara erat denga kenyataan dari pernyataan atau penyangkalan. Saya merasa bahwa saya hanya benar-benar tahu mengenai apa yang dapat saya nyatakan; dan persoalan mengenai kebenaran hanya muncul dalam kaitannya dengan pertimbangan yang saya pakai untuk menyatakan bahwa situasi peristiwa tertentu ternyata baik di dalam kenyataan. Kesesuaian antara pikiran dengan kenyataan merupakan dasar bagi konsepsi kebenaran umum. Jika apa yang saya nyatakan ternyata baik, maka pertimbangan saya dikatakan sesuai dengan kenyataan, maka benar. Tetapi_sebenarnya pengetahuan bukanlah masalah benar dan salah, tetapi kenyataan.
Namun epistemologi bukan hanya berurusan dengan pernyataan atau pertimbangan, tetapi berurusan dengan pertanyaan mengenai dasar dari pertimbangan. Nilai kebenaran pertimbangan harus diputuskan berdasarkan evidensi (sesuatu yang jelas dari dirinya sendiri); dan keterlibatan epistemologi yang sebenarnya adalah dengan persoalan evidensi.
               Persoalan metode menjadi hal yang penting dan pokok_sebagai usaha untuk menafsirkan nilai kognitif pengalaman, namun tidak pada posisi terlalu terbebani oleh persoalan teknis atau oleh pengandaian-pengandaian suatu sistem filosofis tertentu. Epistemologi harus menatap pengalaman secara langsung dan memperhatikan bahasa sehari hari.
               Upaya kritis di dalam epistemologis untuk memeriksa nilai pengetahuan dengan beranjak dari usaha membedakan antara apa yang mantap dengan apa yang rapuh di dalam keyakinan umum. Usaha yang paling radikal dan cerdik adalah apa yang dilakukan oleh Rene Descartes “menggunakan keraguan untuk mengatasi keraguan”. Inilah sebuah metode untuk menentukan sesuatu yang pasti dan tidak dapat diragukan ialah melihat sebarapa jauh hal itu bisa diragukan.
               Prosedur yang ditawarkan Descartes disebut “keraguan metodis universal”. Artinya usaha meragukan tersebut akan berhenti bila ada sesuatu yang tidak dapat diragukan lagi. Usaha meragukan ini disebut “metodik”, karena keraguan yang diterapkan  merupakan cara yang digunakan oleh penalaran reflektif filosofis untuk mencapai kebenaran. Keraguan yang metodik ini bukan menunjuk pada kebingungan yang berkepanjangan, tetapi sebagai usaha mempertanyakan yang dilakukan oleh budi.
Bagi Descartes persoalan mendasar bagi filsafat pengetahuan bukannya bagaimana kita dapat tahu, tetapi mengapa kita dapat membuat kekeliruan. Kekeliruan tidak terletak pada kegagalan untuk melihat sesuatu, tetapi kekeliruan terjadi di dalam mengira tahu sesuatu yang tidak diketahuinya_atau mengira tidak tahu sesuatu yang diketahuinya.
            Berbeda dengan Descartes Emile Duekheim menawarkan metodologi individualisme untuk menanggapi isu yang ada. Dia menyampaikan sebuah nosi bahwa fenomena sosial harus dapat dijelaskan dengan referensi mental , tetapi juga dapat ditolak dengan pandangan yang menjelaskan reduksi faktor biologi. Kehidupan sosial harus dapat dijelaskan bukan hanya dengan nosi tetapi juga penyebab nyata dalam kesadaran (Thinking About Social Thinking, 1985, P.46)  dalam pandangan Dhurkheim pandangan sosial akan berkembang sesuai ide tiap individu dalam masyarakat. Kita harus dapat memikirkan metode individualisme yang menuju pada fenomena sosial_dualisme.
Metodologi individualisme dinyatakan oleh Joshep Schumpeter dimana dia memandang bahwa metodologi dominan muncul pada ekonomi ortodok. Hal tersebut sering digunakan untuk doktrin bahwa fenomena sosial harus dapat dijelaskan dalam lingkungan individu. Inti dari teori terseut merupakan pandangan tentang kemasyarakatan yang berhubungan dengan individu; proposisi komposisi dapat digunakan dalam berbagai eksistensi. Proponen dari metodologi individualisme merupakan reduksi dari analisis ilmiah. Herbert Spencer berpendapat nosi tentang kesadaran dapat diaplikasikan pada organisme individu bukan untuk kelompok sosial.[14] Fenomena sosial dapat dijelaskan dalam hubungan mental. Dalam hal ini terdapat hubungan dekat antara status kausal dan entitas mental serta metodologi individualisme.
Metodologi individualism setelah didukung secara kuat oleh beberapa sosialog dan politikus tetapi paling banyak oleh ekonom yang didebatkan.(lihat R.P.Dore, ’Function and Cause, in Allan Ryan,ed, the Phylosophyof sosial Explanation,1973)  standart dari fenomena mikro ekonomi dalam literatur ekonomi bersifat inividualis dalam menjelaskan determinasi harga pasar contohnya fungsi dari permintaan pasar.
Barang dagangan dan pelayanan khusus diperoleh dari kelompok yang sederhana dari fungsi permintaan yang ada pada konsumen perseorangan. Pada sisi lain dari pasar, fungsi pemenuhan kebutuhan (supply) dari beberapa perusahaan/firma produksi terkelompok dengan cara yang sama. Firma/perusahaan produksi diperlakukan seperti seorang individu, dengan mengesampingkan kompleksitas dari organisasi besar yang berhubungan dengan badan hokum (atau menundanya sampai pemeriksaan tambahan). Konsumen dan perusahaan/firma dimaksudkan sebagai unit pembelajaran yang tepat karena memang pada level saat ini, keputusan atau pilihan dibuat atas dasar motif/tujuan, selera, dan keyakinan. Para ekonom, pada umumnya, melakukan secara sungguh-sungguh pendekatan terhadap penjelasan dari sebuah fenomena dalam bidang pengetahuan mereka dan merasa penting untuk menyusun contoh-contoh yang melekat secara erat pada prinsip dasar/prinsip utama dari metodologi dalam paham perseorangan. Fenomena makroekonomi seperti pengangguran dan inflasi belum dapat dimodelkan/diterapkan secara memuaskan melalui cara ini, dan banyak ekonom mengungkapkan pandangan bahwa teori makroekonomi akan tetap tidak kokoh sampai teori itu dilengkapi dengan dasar-dasar mikroekonomi.
                Tesis utama dari metodologi dalam paham perseorangan ditetapkan oleh John Stuart Mill dalam karyanya System of Logic. Berbicara dalam “Of the Chemical, or Experimental, Method in the Social Sciences”.
Berbagai  Cara  Mencari  Kebenaran
               Dalam  sejarah manusia,  usaha-usaha  untuk  mencari  kebenaran  telah  dilakukan  dengan  berbagai  cara  seperti :
1.    Secara  kebetulan
               Ada  cerita  yang  kebenarannya  sukar  dilacak  mengenai  kasus  penemuan  obat  malaria  yang  terjadi  secara  kebetulan.  Ketika  seorang  Indian  yang  sakit  dan  minum  air  dikolam  dan  akhirnya  mendapatkan  kesembuhan.  Dan  itu  terjadi  berulang  kali  pada  beberapa  orang.  Akhirnya  diketahui  bahwa  disekitar  kolam  tersebut  tumbuh  sejenis  pohon  yang  kulitnya  bias  dijadikan  sebagai  obat  malaria  yang  kemudian  berjatuhan  di  kolam  tersebut.  Penemuan  pohon  yang  kelak  dikemudian  hari  dikenal  sebagai  pohon  kina  tersebut  adalah  terjadi  secara  kebetulan  saja. 
2.    Trial  And  Error
               Cara  lain  untuk  mendapatkan  kebenaran  ialah  dengan  menggunkan  metode  “trial  and  error”  yang  artinya  coba-coba.  Metode  ini  bersifat  untung-untungan.  Salah  satu  contoh  ialah  model  percobaan  “problem  box”  oleh  Thorndike.  Percobaan  tersebut  adalah  seperti  berikut:  seekor  kucing  yang  kelaparan  dimasukkan  kedalam  “problem  box”—suatu  ruangan  yang  hanya  dapat  dibuka  apabila  kucing  berhasil  menarik  ujung tali  dengan  membuka  pintu.  Karena  rasa  lapar  dan  melihat  makanan  di  luar  maka  kucing  berusaha  keluar  dari  kotak  tersebut  dengan  berbagai  cara.  Akhirnya  dengan  tidak  sengaja  si  kucing  berhasil  menyentuh  simpul  tali  yang  membuat  pintu  jadi  terbuka  dan  dia  berhasil  keluar.  Percobaan  tersebut  mendasarkan  pada  hal  yang  belum  pasti  yaitu  kemampuan  kucing  tersebut  untuk  membuka  pintu  kotak  masalah.
3.    Melalui  Otoritas
               Kebenaran  bisa  didapat  melalui  otoritas  seseorang  yang  memegang  kekuasaan,  seperti  seorang  raja  atau  pejabat  pemerintah  yang  setiap  keputusan  dan  kebijaksanaannya  dianggap  benar  oleh  bawahannya.  Dalam  filsafat  Jawa  dikenal  dengan  istilah  ‘Sabda  pendita ratu”  artinya  ucapan  raja  atau  pendeta  selalu  benar  dan  tidak  boleh  dibantah lagi.
4.    Berpikir  Kritis/Berdasarkan  Pengalama
              Metode  lain  ialah  berpikir  kritis  dan  berdasarkan  pengalaman.  Contoh  dari  metode  ini  ialah  berpikir  secara  deduktif  dan  induktif.  Secara  deduktif  artinya  berpikir  dari  yang  umum  ke  khusus;  sedang  induktif  dari  yang  khusus  ke  yang  umum.  Metode  deduktif  sudah  dipakai  selama  ratusan  tahun  semenjak  jamannya  Aristoteles.
5.    Melalui  Penyelidikan  Ilmiah
              Menurut  Francis  Bacon  Kebenaran  baru  bisa  didapat  dengan  menggunakan  penyelidikan  ilmiah,  berpikir  kritis  dan  induktif.[15] Cara penarikan kesimpulan, sebagaimana pada contoh di bawah ini:
            Silogisma
            Premis  mayor           :  semua  manusia  akhirnya  mati
            Premis  minor           :  Amir  manusia
            Kesimpulan              :  Amir  akhirnya  akan   mati



________________________________________________

DAFTAR  PUSTAKA

Bertens, Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Kanisius, 1990
Harold H. Titus, Marilyn S. Smith, Richard T. Nolan, Living issues in Philosophy, seventh edition, New York: D Van Nostrand Company, 1979; buku ini juga diterjemahkan oleh Prof. Dr. H.M. Rasydi dengan judul Persoalan-persoalan Filsafat dan diterbitkan oleh Bulan Bintang.

http:/www.al-madinah.com.
http://js.unikom.ac.id/rb/bab1.html 

Kenneth T. Gallagher, Epistemologi, Yogyakarta: Kanisius,1994

Muhammad Baqir ash-shadr, Falsafatuna, Bandung: Mizan, 1991

Scott Gordon, The History and philosophy of social science,  New York: Routletge, 1991

Thomas O. Dea, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1992.







[1] Scott Gordon, The History and philosophy of social science,  New York: Routletge, 1991
[2] Bertens, Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Kanisius
[3] Demikian disampaikan Profesor Sutandyo S pada perkuliahan hari selasa tanggal 17 Nopember 2008; juga pada perkuliahan hari itu membahas tentang Induksi dan Deduksi.
[4] Yang dimaksudkan dengan kata pokok atau primer adalah menyangkut sumber hakiki bagi konsepsi atau pengetahuan-pengetahuan sederhana. Pikiran manusia mengandung dua konsepsi yakni pengertian konseptual sederhana, seperti pengertian wujud, unitas, panas, putih dan konsepsi tunggal lainnya; dan pengertian majemuk, yakni konsepsi yang merupakan hasil kombinasi antara konsepsi sederhana, misalnya sebungkal gunung dari tanah dan mengkonsepsikan sepotong emas_kemudian dikombinasikan kedua konsepsi itu; dan lahirlah konsepsi ke tiga_yakni konsepsi “sebungkal gunung dari emas”. Konsepsi ketiga ini pada dasarnya_adalah kombinasi dari dua konsepsi di atas.
[5] Harold H. Titus, Marilyn S. Smith, Richard T. Nolan, Living issues in Philosophy, seventh edition, New York: D Van Nostrand Company, 1979; buku ini juga diterjemahkan oleh Prof. Dr. H.M. Rasydi dengan judul Persoalan-persoalan Filsafat dan diterbitkan oleh Bulan Bintang.
[6] http:/www.al-madinah.com.

[7] Dikenal juga dengan archetypes Plato yang merujuk kepada bentuk-bentuk atau ide-ide (itu adalah model-model segala sesuatu). Itu adalah realitas-realitas imaterial, tetap, dan primer, yang terpisah, tak terbagi, tak berubah dan tak rusak.
[8] Muhammad Baqir ash-shadr, Falsafatuna, Bandung: Mizan, 1991.hal.28
[9] Rene Descartes_filosof Perancis, ia meragukan segala sesuatu_ia harus aksis agar dapat ragu; karena ragu adalah suatu bentuk berfikir, dan berfikir berarti eksis.”aku berfikir karena itu_aku eksis” adalah proforsi pertama yang baginya adalah pasti. Lalu ia mencapai pengetahuan bahwa Tuhan ada karena kepastian pengetahuannya tentang dirinya. Juga pandangan Descartes yang terkenal adalah dualitas jiwa jiwa dan raga; sebab jiwa itu tidak bergantung pada raga_ia dapat survive tanpa raga setelah berpisah dari raga.
[10] Immanuel Kant_filosof Jerman. Posisi Kant merupakan sintesis rasionalisme dan empirisme masa itu. Dalam masterpiece-nya, critique of pure science, kata murni digunakan dalam arti apriori yaitu apa-apa yang diketahui tanpa melalui pengalaman inderawi. Kant secara kritis menelaah watak nalar. Ia berkesimpulan bahwa tak ada ide-ide fitri yaitu ide-ide yang diketahui sebelum pengalaman inderawi apa-pun; namun ia berbeda dengan kaum empirisme yang menyatakan bahwa segenap pengetahuan adalah produk pengalaman inderawi.
[11] Muhammad Baqir ash-shadr, log.cit.hal.36
[12] Harold H. Titus, Marilyn S. Smith, Richard T. Nolan, Living issues in Philosophy, seventh edition, New York: D Van Nostrand Company, 1979; buku ini juga diterjemahkan oleh Prof. Dr. H.M. Rasydi dengan judul Persoalan-persoalan Filsafat dan diterbitkan oleh Bulan Bintang.
[13] Dalam pembahasan tentang intuisi_seringkali menemukan kata-kata seperti : rasa yang langsung tentang keyakinan; imajinasi tercampur dengan keyakinan; respon total terhadap situasi_pandangan langsung tentang kebenaran.
[14] Scott Gordon, Log.Cit.
[15] Selanjutnya  Bacon  merumuskan  ilmu  adalah  kekuasaan.  Dalam  rangka  melaksanakan  kekuasaan,  manusia  selanjutnya  terlebih  dahulu  harus  memperoleh  pengetahuan  mengenai  alam  dengan  cara  menghubungkan  metoda  yang  khas,  sebab  pengamatan  dengan  indera  saja,  akan  menghasilkan  hal  yang  tidak  dapat  dipercaya.  Pengamatan  menurut  Bacon,  dicampuri  dengan  gambaran-gambaran  palsu  (idola):  Gambaran-gambaran  palsu  (idola)  harus  dihilangkan,  dan  dengan  cara  mengumpulkan  fakta-fakta  secara  telilti,  maka  didapat  pengetahuan  tentang  alam  yang  dapat  dipercaya.  Sekalipun  demikian  pengamatan  harus  dilakukan  secara  sistematis,  artinya  dilakukan  dalam  keadaan  yang  dapat  dikendalikan  dan  diuji  secara  eksperimantal  sehingga  tersusunlah  dalil-dalil  umum.
            Metode  berpikir  indukatif  yang  dicetuskan  oleh  F. Bacon  selanjutnya  dilengkapi  dengan  pengertian  adanya  pentingnya  asumsi  teoritis  dalam  melakukan  pengamatan  serta  dengan  menggabungkan  peranan  matematika  semakin  memacu  tumbuhnya  ilmu  pengetahuan  modern  yang  menghasilkan  penemuan-penemuan  baru,  seperti  pada  tahun  1609  Galileo  menemukan  hukum-hukum  tentang  planet,  tahun  1618  Snelius  menemukan  pemecahan  cahaya  dan  penemuan-penemuan  penting  lainnya  oleh  Boyle  dengan  hukum  gasnya,  Hygens  dengan  teori  gelombang  cahaya,  Harvey  dengan  penemuan  peredaran  darah,  Leuwenhock  menemukan  spermatozoide,  dan  lain-lain.



Share:

13 comments:

  1. Nama: Yulia Andini
    Prodi: PAI (VI)
    MK : ICT
    Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan
    Assalamu’alaikum wr.wb.
    Berdasarkan isi dari artikel diatas, yang membahas tentang apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan, apa yang menjadi sumber pengetahuan manusia,dan apa yang diketahui manusia serta mempermasalahkan mengenai sumber-sumber dan asal-usul pengetahuan secara hakiki. Maka, disini saya akan mencoba menyampaikan sedikit pendapat saya terhadap hal tersebut.
    pengetahuan merupakan suatu ilmu yang ada pada diri manusia. Dan mengenai apa yang menjadi sumber pengetahuan manusia dan apa yang diketahui manusia sebagaimana hal tersebut yang menjadi perdebatan besar dari para pilosofy yaitu menurut pemahaman saya, untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus bisa memahami apa arti dari manusia itu sendriri, serta letak ilmu pengetahuan yang ada pada manusia itu sebenarnya ada di dalam qalbu. Kalau berbicara mengenai apa yang diketahui manusia, sebenarnya manusia itu tidak punya pengetahuan atau ilmu apapun. walaupun, pengetahuan dan ilmu itu bisa diperoleh manusia melalui panca indra seperti mengetahuinya ia akan warna itu merah karna ia melihatnya, manusia dapat berjalan karna kaki, dapat mendengar karna telinga, serta dapat berbicara karena mulut,.namun kesemuanya itu adalah bukan milik manusia atau hasil karya manusia itu sendiri, karena yang maha kuasa lah yang memberikan anugrah tersebut kepada manusia.Sebagai salah satu contohnya yaitu perhatikan kelima jari tanganmu! lalu buatlah sebuah genggaman tanpa jari jempol, apakah dia akan berbentuk sebuah genggaman atau tidak? yang digenggam itulah sebuah amanah yang sangat berat untuk kita jaga dan mempertanggung jawabkannya kelak ,anggap saja jari kelingking itu ilmu syari’at, jari manis adalah ilmu tarekat, jari tengan adalah ilmu hakekat dan jari telunjuk itu adalah ilmu ma’rifat lalu kelima jari tangan itu akan berbentuk genggaman apabila jari jempol itu ikut serta. Selanjutnya mengenai asal-usul pengetahuan,.sebenarnya itu bermula dari proses pentajalian yang maha kuasa.

    ReplyDelete
  2. nama:sarina
    jurusan:pai/VI
    PENDAPAT SAYA tentang Dasar-dasar ilmu pengetahuan
    Ilmu pengetahuan itu memang sudah ada pada diri kita dan lingkungan sekitar kita, tapi kita sebagai manusia harus mencari kebenaran dari suatu ilmu pengetahuan itu agar kebenarannya bisa kita ujikan atau memantapkan bagi kehidupan kita atau pengalaman kita. Di dalam al- qur’an dan hadits sudah dijelaskan tentang berbagai macam ilmu pengetahuan dan disana juga dijelaskan bagi orang yang menuntut ilmu akan diangkat derajatnya oleh allah swt, kita sebagai manusia tinggal mencari kebenarannya kepada orang yang terdahulu yang sudah mempelajarinya dan kita juga bisa mengamalkannya bagi kehidupan kita.
    Dan ilmu itu tidak datang dengan sendirinya, kita harus mencarinya dan mencari kebenaran dari ilmu itu agar kita bisa memahaminya, menerapkannya dan mengamalkannya kepada penerus kita. Dan kebenaran itu kita harus selidiki dengan baik dari pengalaman kita, maupun pengalaman orang lain kita harus selidiki kebenarannya, agar kita bisa lebih memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan.

    ReplyDelete
  3. Nama:irawan jaya agaung
    Prodi:pai(VI)
    Pemdapat saya tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan.
    Ilmu pengetahuan itu memang sudah ada pada dirikita sejak zaman dahulu dampai sekarang.
    Tetapi kita sebagai manusia kita harus mencari yang namnya mu pengetahuan.
    Supaya kita bisa tau apa itu ilmu pengetahuan yang sesungguhnya.

    pengetahuan tidak dapat berjalan sendiri-sendiri_melainkan saling melengkapi dan tidak bertentangan dalam usaha mencari kebenaran. Rasa, akal, dan intuisi begitu juga sumber kedua dari kesaksian orang lain, adalah sumber-sumber pengetahuan yang benar (masing-masing mempunyai nilai untuk disumbangkan dan masing-masing mungkin lebih tinggi daripada lainnya dalam bidang-bidang tertentu).
    Dengan begitu maka pengetahuan itu tidak tercapai dalam bungkusan yang rapi yang dapat ditelusuri ke sumber-sumber yang terpisah. Pengetahuan adalah hasil dari perkembangan yang di dalamnya ada suatu organisme yang hidup dan mempunyai kepentingan-kepentingan dan keinginan-keinginan serta selalu dalam kontak dan pengaruh timbal balik dengan lingkungan yang berubah; dan dari hubungan itu timbul kesadaran_suatu organisme menjadi sadar akan berbagai macam hal (benda-benda, hubungan-hubungan, kejadian-kejadian dan pribadi-pribadi, perkenalan, bahasa dan pemikiran).

    ReplyDelete
  4. supriadi
    semester VI PAI
    Menurut saya, Ilmu pengetahuan lahir karena adanya keingintahuan (rasa ingin tahu) yang begitu besar dari manusia akan segala sesuatu. Keingintahuan itu berdasarkan akal fikiran. Akan tetapi, tidak semua pengetahuan disebut ilmu pengetahuan, hanya pengetahuan yang dapat diuji dengan bukti empiris saja yang bisa disebut ilmu pengetahuan.
    Pengetahuan membutuhkan proses yang lama untuk disebut sebagai ilmu pengetahuan. Pengetahuan harus melalui beberapa pengujian dan dapat diterima oleh semua orang secara logika barulah pengetahuan itu bisa disebut sebagai ilmu pengetahuan.
    Konsepsi dan sumber pokok epistemologi, saya lebih cenderung kepada teori ynag dikemukakan oleh Plato karena apa yang dikemukakannya sejalan dengan apa yang dijelaskan Al-Qur’an dalam surat Al-A’raf:172.
    “ Dan (ingatlah) ketika TuhanMu mengeluarkan dari sulbi (tulak belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah telah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman) ”bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab,”betul (engkau Tuhan kami), kami bersaksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan, “sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini”.
    Sumber pengetahuan dan cara mencari kebenaran berbeda antara yang satu dengan yang lain, tapi secara garis besar seperti apa yang dijelaskan dalam artikel seperti tertera di bawah ini.
    Sumber pengetahuan:
    1. Kesaksian sumber kedua (berstandar pada otoritas).
    2. Indera (berstandar pada persepsi indera).
    3. Pemikiran (berstandar pada akal).
    4. Dalam diri sendiri (berstandar pada intuisi)
    Cara mencari kebenaran:
    1. Secara kebetulan
    2. Trial and Error
    3. Melalui otoritas
    4. Berfikir kritis/berdasarkan pengalaman.
    5. Melalui penyelidikan ilmiah.

    ReplyDelete
  5. Nama: Dewi patniwati
    Smester VI PAI
    Dasar-dasar ilmu pengetahuan menurut saya memang suda ada atau sudah melekat pada diri manusia, dimulai dari rasa ingin tahu.
    Manusia sbg ciptaan Tuhan yg sempurna dlm memahami alam sekitarnya terjadi proses ygbertingkat dari pengetahuan atau sbg hasil tahu manusia yang ingin mencari kebenaran. Misalnya apa itu air, apa itu manusia, mengapa air mendidih, mengapa bumi berputar dan sbgnya... Maka dengan ilmu pengetahuan dapa tejawab sbuah pertanyaan, mengapa dan bagaimana sesuatu trsbt terjadi, mengapa dan bagaimana sesuatu tsb dapat trjadi.

    ReplyDelete
  6. NAMA : NORI INDRIANI
    SEMESTER:VI (PAI)
    Assalamu’alikum Wr. Wb.
    Menurut pendapat Saya Setiap manusia memiliki dasar-dasar ilmu dan mengetahui berbagai hal dalam kehidupan, dan dalam dirinya. Terdapat bermacam-macam pemikiran dan pengetahuan dan tidak diragukan bahwa banyak pengetahuan manusia itu muncul dari pengetahuan lainnya. Karena itu tentu akan meminta bantuan pengetahuan terdahulu (yang terdahulu) untuk menciptakan pengetahuan yang baru.
    Kita mencoba memberikan kesepakatan bahwa tidak semua jenis pengetahuan dapat disebut pengetahuan, tetapi hanya pengetahuan yang tertentu saja yang dapat disebut pengetahuan.
    Dalam diri manusia memang sudah ada yang namanya ilmu pengetahuan akan tetapi kita perlu mengembangkan ilmu tersebut dengan baik bagi kita (memilih/menyaring ilmu penetahuan tersebut).

    ReplyDelete
  7. NAMA : NURUL AINI
    SEMESTER : VI (PAI)
    Menurut pendapat saya,dasar-dasar ilmu merupakan suatu pandangan hidup yang dijadikan sebagai dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.Dan juga dipergunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan.pandangan hidup akan tercermin didalam sikap hidup dan cara hidup.Sikap dan cara hidup ini dapat muncul apabila manusia memikirkan dirinya secara total dan sebagai proses mempelajari kekuasaan,wewenang,dan upaya manusia untuk mendapatkannya.Dari ilmu manusia mempelajari upaya-upaya untuk memahami kebutuhan hidup.
    Ilmu adalah suatu hal yang diwajibkan bagi setiap umat muslim,dan mengalair seperti air,dan merupakan hal yang utama.

    ReplyDelete
  8. Nama : kamariah
    Semester : VI
    Dasar-dasar ilmu pengetahuan
    Menurtu pendapat saya mengenai artikel diatas bahwa pengetahuan merupakan suatu ilmu yang ada paada diri manusia dari sejak lahir serta dalam lingkungan sekitar, pengetahuan tersebut sudah ada tugas kitas ekarang adalah harus mencari pengetahuan itu. Dalam mencari sebuah pengetahuan memang membutuhkan proses yang alam untuk sampai kepada ilmu pengetahuan tentunya melalui beberap pengujian sehnnga semua orang pun bias menrimanya secara logika barulah pengetahuan tersebut bisa disebut dengan ilmu pengetahuan. Didalam al-qur’an dan hasdist juga sdudah dijelaskan tentang dasar – dasar ilmu pengetahuan yang ada pada diri sendiri.

    ReplyDelete
  9. Nama:Nurhayati
    Prodi:PAI V1
    Menurut pendapat saya:dasar ilmu pengetahuan merupakan cabang pilsafat yg mempelajari dan menentukan kodrat dan pengetahuan.setiap manusia bersipat ingin tau ia bgtu yakin mengenai hal apa saja sehingga ada dorongan untuk tau ini tdk hanya di sadari tetapi bnr2 di wujudkan di dlm karya pilsafat.
    sebagaimana pendapat seorang pilosop yg mengatakan bahwa COGITO ERGO SUM"dari situ manusia mulai menggunakan pikirannya yg luar biasa.
    berpikir adalah sebuah aktivitas yg menggunakan pikiran,dengan demikian manusia menyadari keberadaannya.
    ada 4 pokok yg membedakan antara ilmu dan akal sehat yaitu:
    1.ilmu pengetahuan di kembangkan melalui struktur2 teori
    2.adanya pengertian kendali (kontrol) dlm penelitian ilmiah
    3.ilmu pengetahuan menekankan adanya hubungan penimena scra dasar dan sistematis
    4.perbedaan terletak pada cara memberi penjelasan yg berlainan dlm mengamati suatu penomena.

    ReplyDelete
  10. NAMA :ANA SUSANTI
    SEMESTER :VI(PAI)
    Menurut saya Dasar-dasar ilmu pengetahuan ini ialah:suatu cabang ilmu yang merupakan suatu ilmu yang telah diwariskan oleh para ahli karna ilmu pengetahuan sumber dari ilmu pengetahuan yang ditinjau dari sudut pandang masyarakat dan juga mempunyai ciri-ciri khas dari ilmu pengetahuan itu,banyak sekali perdebatan yang dilakukan dari sumber-sumber pengetahuan itu, untuk menemukan suatu kebenaran dari dasar-dasar ilmu pengetahuan itu sendiri.

    ReplyDelete
  11. Nama : Nurlaila Azmi
    Semester : VI
    Menurut pendapat saya tentang dasar – dasar ilmu pengetahuan :
    Ilmu pengetahuan merupakan suatu ilmu yang sudah ada pada diri kita sendiri dan lingkungan sekitar . dan ilmu pengetahuan memang sudah da sejak kita lahir sampai sekarang ini . tetapi tugas kita adalah mencari ilmu pengetahuan tersebut supaya kita bisa tahu arti dari ilmu pengetahuan .
    Mencari ilmu pengetahuan memang membutuhkan proses yang begitu lama sehingga kita mencari ilmu pengetahuan itu harus memiliki rasa ingin tahu seperti apa dan bagaimana dengan penuh kesabaran dan kesadaran sehingga kita bisa memahaminya dan menerapkan kepada penerus – penerus kita dengan pengalaman – pengalaman yang kita dapat.

    ReplyDelete
  12. NAMA :NINA NURAMELIANA
    SEMESTER :VI (PAI)
    Menurut saya dasar-dasar ilmu pengetahuan ini adalah:Ilmu pengetahuan dikembangkan untuk meningkatkan harkat hidup manusia, sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Masalahnya, manusia sering memiliki rasa serakah, sehingga ilmu pengetahuan tidak jarang digunakan untuk memenuhi kepentingannya sendiri walaupun dengan cara mengorbankan orang lain. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan ilmu pengetahuan. Karena itulah ilmu pengetahuan harus memiliki etika atau kode etik ilmu pengetahuan. Dalam mempelajari etika ilmu pengetahuan, masalah yang menjadi perhatian utama adalah masalah utilitarisme. Utilitarisme adalah nilai praktis kegunaan ilmu pengetahuan. Dalam konteks utilitarisme, ilmu pengetahuan harus dikembangkan dalam rangka memberikan kebahagiaan dan kesejehteraan semua manusia. Dari situlah perlu ada rasa keadilan dalam penerapan ilmu pengetahuan.

    ReplyDelete
  13. NAMA :SUDIARNI
    SEMESTER :VI (PAI)
    Menurut pendapat sya tentang dasar-dasar ilmu ini adalah:Dimana Pengetahuan yang dimiliki manusia memang mampu dikembangkan. Hal ini karena dua hal utama, yaitu pertama, manusia mempunyai bahasa mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap. Kemampuan berfikirnya berada dalam suatu alur kerangka berfikir tertentu. Secara garis besar, cara berfikir demikian disebut penalaran (pemikiran logis dan analitis).
    Binatang mampu berfikir namun tidak mampu berfikir nalar. Insting yang dimiliki binatang jauh lebih peka daripada insting seorang insinyur. Binatang sudah jauh-jauh berlindung ke tempat aman sebelum gunung meletus, namun binatang tidak mampu menalar gejala mengapa gunung meletus. Kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yakni bahasa dan pikiran.

    ReplyDelete

SINTA

GOOLE SCOLAR

GOOLE SCOLAR
scolar penulis

JURNAL ELKATARIE

Flag Conter

Flag Counter

Hiburan

KUNJUNGI

SANDIWARA RADIO

SANDIWARA RADIO MARI DENGARKAN sandiwara radio yang semakin lama makin memudar Babad Tanah Leluhur 1. Api Berkobar Di karang Sedana ...

RISTEK DIKTI

Kopertais surabaya

About Me

PEDULI TERHADAP PENDIDIKAN DAN BUDAYA